Oleh: Benedicta Lamria Siregar
HARI Lingkungan Hidup se-Dunia diperingati setiap tahun pada tanggal 5 Juni, demi kepentingan meningkatkan kesadaran global akan kebutuhan untuk mengambil tindakan terhadap lingkungan yang bermanfaat bagi perlindungan alam dan bumi. Peringatan Hari Lingkungan Hidup se-Dunia Tahun 2025 mengusung tema, ‘Hentikan Polusi Plastik’ (Ending Plastic Pollution). Tema tersebut dipilih dengan mempertimbangkan dampak signifikan pencemaran plastik terhadap lingkungan, kesehatan masyarakat, dan makhluk hidup lainnya. Tema ini sejalan dengan tema Hari Lingkungan Hidup se-Dunia 5 Juni 2023: Beat Plastic Pollution (Perangi Polusi Plastik), yakni seruan untuk bertindak guna menangani sampah plastik dan mencari solusi terkait polusi plastik. Demikian juga dengan tema Hari Bumi se-Dunia 22 April 2024: Planet vs Plastics, yang bertujuan antara lain untuk menghapuskan jenis plastik sekali pakai. Tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun 2025 sesuai pula dengan target nasional akan pengelolaan sampah dan menjadi pengingat sekaligus seruan untuk bersama-sama mengatasi krisis sampah plastik yang semakin mendesak.
Mengapa polusi plastik menjadi isu penting?
Seperti diketahui, plastik merupakan bahan yang tidak bisa segera terurai, di mana plastik membutuhkan waktu hingga ratusan tahun untuk terdekomposisi, jenis styrofoam bahkan membutuhkan waktu hingga 1.000 tahun atau lebih. Akibatnya, ketika plastik menjadi sampah terjadi penimbunan sampah plastik yang akan mencemari berbagai lingkungan tanah, air, dan udara. Polutan tersebut akan memengaruhi kehidupan manusia dan berbagai mahluk hidup lainnya. Semakin Bumi dipenuhi sampah plastik, semakin sedikit ruang yang layak untuk ditempati.
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sektor rumah tangga menyumbang sebanyak 53,74% sampah umum, di mana 38% adalah sampah plastik. Kebanyakan sampah plastik adalah jenis plastik sekali pakai, yang semakin marak penggunaannya dengan berbagai versi. Sampah plastik sekali pakai, bertahan jauh lebih lama dari masa penggunaannya. Kita kerap kali menerima kantong plastik saat belanja dan menggunakan kantong plastik tersebut hanya selama beberapa menit sebelum dibuang. Ketergantungan akan kantong plastik menyebabkan penggunaan plastik jenis ini yang paling dominan dalam rumah tangga. Saat ini banyak keluarga enggan mengeluarkan alat-alat makan seperti gelas, piring, dan sendok di rumah jika kedatangan tamu atau saat ada acara di rumah. Agar tidak repot, alat-alat tersebut digantikan dengan alat makan dan minum berbahan plastik yang akan segera dibuang. Dengan alasan praktis, saat keluar rumah kita mengkonsumsi air mineral gelas dan botolan dengan volume di bawah 1 liter dan segera membuang kemasannya. Ketika kita membeli makanan dan minuman di luar rumah, kemasan berbahan plastik seperti styrofoam dan kemasan berbahan plastik lainnya akan menambah volume sampah plastik.
Cara yang lazim dalam mengelola sampah, termasuk sampah plastik adalah dengan membakar. Pembakaran sampah menghasilkan gas-gas berefek racun yang dapat mengganggu kesehatan. Gas-gas tersebut dapat menimbulkan efek rumah kaca dan ada jenis yang merusak lapisan ozon, yang berkontribusi memicu dan meningkatkan pemanasan global (global warming). Pembakaran sampah plastik bisa menghasilkan mikroplastik ke udara yang juga berisiko mengganggu kesehatan. Metode lainnya mengatasi sampah plastik yaitu dengan membenamkan ke dalam tanah ataupun membuang ke lingkungan, termasuk ke badan air. Pembenaman sampah plastik ke dalam tanah dan pembuangannya ke badan air dapat membahayakan dan membunuh beraneka mahluk hidup yang ada di tanah dan air. Sampah plastik yang masuk ke badan air akan menjadi partikel berukuran kecil mikroplastik yang dapat merusak ekosistem dan masuk ke rantai makanan yang berisiko bagi kesehatan. Mikroplastik menjadi polutan tanah, air, dan udara.
Sadar akan sampah plastik yang kita hasilkan memerlukan waktu terurai yang lama, bahkan lebih lama dari usia kita, terlebih menyadari efek buruk polusi plastik terhadap kesehatan dan lingkungan, hendaknya kita bersemangat untuk meminimalkanya. Solusi utama menghentikan polusi plastik adalah mengurangi sampah plastik, terutama dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Ada cara-cara sederhana yang dapat dilakukan untuk mengurangi sampah plastik sekali pakai, seperti: (1) mengurangi penggunaan kantong plastik dengan membawa tas atau kantong belanja sendiri dari rumah; (2) mengurangi konsumsi air mineral kemasan kecil untuk kebutuhan air minum sehari-hari dan bila ada acara keluarga atau komunitas dengan menggunakan gelas saat di rumah dan membawa botol minum sendiri jika di luar rumah; (3) mengurangi bungkus atau kemasan makanan dan minuman berbahan styrofoam dan jenis plastik lainnya dengan membawa wadah makan dan minum sendiri saat membeli makanan dan minuman dari luar; (4) mengurangi pemakaian alat makan dan minum berbahan plastik dengan menggunakan alat makan dan minum yang dapat digunakan ulang baik di rumah dan saat di luar rumah; (5) menghindari sedotan plastik dengan tidak menggunakan sedotan atau beralih ke sedotan kertas, bambu, dan stainless.
Selanjutnya polusi plastik juga dapat ditekan dengan memilah sampah plastik dari sampah lainnya. Hasil pilahan digunakan kembali ataupun diserahkan ke bank sampah atau kepada pihak yang dapat mendaur ulang/memanfaatkan kembali menjadi berbagai kreasi kerajinan tangan. Cara-cara lain menekan polusi plastik yang dapat dilakukan dari rumah yaitu dengan membersihkan sampah plastik yang berserakan di lingkungan, memberikan edukasi kepada keluarga, teman, dan lingkungan sekitar serta mengajak untuk berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengurangan polusi plastik.
Melalui tema peringatan Hari Lingkungan Hidup 2025 semoga ada peningkatan kesadaran dan aksi dalam menghentikan polusi plastik. Mari turut berkontribusi mengatasi kondisi darurat polusi plastik. Berperan aktif menekan polusi plastik adalah bagian dari investasi untuk masa depan anak cucu. Masa depan Bumi, bergantung dari tindakan kita saat ini. Tindakan kita sebagai individu adalah hal penting untuk mengurangi jejak ekologis yang buruk dengan tidak meninggalkan warisan sampah plastik yang mencemari tanah, air, dan udara yang mengancam keberlanjutan tempat berdiam dan hidup generasi penerus.
Semoga setiap individu turut serta berpartisipasi untuk bumi bebas polusi plastik yang diawali dari rumah. (Penulis adalah: Pengurus Yayasan Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan Kapusin Medan – Dosen LLDikti Wilayah 1 Dpk F Pertanian Universitas HKBP Nommensen)